uang

Rupee India Jadi Mata Uang Terlemah Asia 2025

Rupee India Jadi Mata Uang Terlemah Asia 2025
Rupee India Jadi Mata Uang Terlemah Asia 2025

JAKARTA - Sepanjang tahun 2025, mata uang rupee India tercatat sebagai yang terlemah di Asia. Pelemahan ini terjadi di tengah ketidakpastian hubungan dagang antara India dan Amerika Serikat (AS), serta derasnya arus keluar dana investor asing. 

Kondisi tersebut menjadikan rupee sebagai sorotan utama pasar keuangan Asia, karena pergerakannya mencerminkan risiko eksternal dan ketegangan perdagangan global yang terus berlangsung.

Mandeknya perundingan dagang dengan AS menjadi salah satu faktor utama yang menekan rupee. Di sisi lain, investor asing terus menarik dana dari pasar India, memicu tekanan lebih lanjut pada nilai mata uang domestik. Pakar ekonomi menilai, jika tidak ada kemajuan berarti dalam kesepakatan dagang, pelemahan rupee kemungkinan akan berlanjut hingga awal tahun depan.

Ekspektasi Pasar dan Perjanjian Dagang AS-India

Nomura dan S&P Global Market Intelligence menekankan bahwa prospek penguatan rupee sangat bergantung pada tercapainya kesepakatan dagang antara New Delhi dan Washington. 

Kepala Ekonom Asia-Pasifik S&P Global Market Intelligence, Hanna Luchnikava-Schorsch, mengatakan, “Kami menilai rupee saat ini berada di bawah nilai wajarnya. Koreksi diperkirakan terjadi setelah ada kejelasan lebih lanjut terkait perjanjian dagang AS-India.”

S&P Global memperkirakan kesepakatan dagang tersebut berpotensi tercapai dalam enam bulan ke depan. Namun, hingga kini India masih menerapkan tarif tinggi, mencapai 50% terhadap beberapa barang impor dari AS, bahkan melampaui tarif terhadap China. 

Penerapan tarif tinggi sejak Agustus lalu berdampak signifikan pada kinerja ekspor India ke AS, dengan penurunan hampir 12% pada September dan 8,5% pada Oktober, meskipun ekspor sempat pulih hingga 22,6% pada November.

Risiko Ekonomi dan Arus Modal Asing

Kepala Ekonom Nomura untuk India dan Asia (di luar Jepang), Sonal Varma, menyoroti risiko utama perekonomian India akibat potensi hilangnya momentum pergeseran rantai pasok global. Menurutnya, perusahaan yang berorientasi pada pasar AS dapat mengalihkan investasi ke negara lain akibat tingginya tarif yang berkepanjangan.

Varma menambahkan bahwa ketidakpastian yang berlarut-larut telah memicu arus keluar dana portofolio asing. Rupee yang melemah berpotensi mendorong kenaikan biaya impor dan inflasi. Sementara itu, di sisi positif, pelemahan rupee dapat meningkatkan daya saing ekspor dan harga domestik yang relatif rendah dianggap masih memungkinkan India menyerap dampak inflasi impor akibat depresiasi mata uang.

Rupee sempat menembus level psikologis 90 per dolar AS pada awal bulan ini, naik dari posisi 85,64 per dolar di awal tahun. Dalam kurang dari 15 hari perdagangan, mata uang tersebut kembali melemah hingga menembus level 91 per dolar, menunjukkan volatilitas yang tinggi dan ketidakpastian pasar yang terus membayangi investor.

Sentimen Negatif Investor dan Intervensi Bank Sentral

Sentimen investor global terhadap India cenderung negatif sepanjang tahun ini. Data dari National Securities Depository Limited (NSDL) menunjukkan arus keluar bersih dana asing telah melampaui US$ 10 miliar di berbagai kelas aset sejak awal tahun. Chief Investment Officer ASK Private Wealth, Somnath Mukherjee, menjelaskan bahwa pelemahan rupee bukan disebabkan oleh defisit transaksi berjalan, yang masih berada pada level aman sekitar 1-1,5%.

Namun, tekanan terhadap rupee diperkirakan akan berlanjut hingga terjadi pembalikan arus dana investor portofolio asing. Arus keluar dana terbesar terjadi di pasar saham, dengan investor menarik hampir US$ 18 miliar secara year to date hingga 19 Desember. 

Luchnikava-Schorsch menilai, “Depresiasi rupee menjadi pedang bermata dua bagi investor asing.” Di satu sisi, hal ini bisa menjadi momentum masuk ke pasar saham India, namun di sisi lain, investor tetap memperhitungkan dampak negatif dari pelemahan mata uang, ketidakpastian kebijakan dagang, kondisi fiskal, dan prospek pertumbuhan ekonomi.

Bank sentral India menegaskan akan membiarkan nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar. Meski demikian, otoritas moneter dilaporkan melakukan intervensi agresif pada pertengahan pekan ini untuk meredam tekanan terhadap rupee. Langkah ini menunjukkan upaya menjaga stabilitas mata uang domestik di tengah tekanan eksternal yang kuat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index